PDPPJKOTABOGOR.COM, Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya (PDPPJ) kembali menggelar pengajian bulanan, Jum’at (23/03). Pengajian dilaksanakan di Mesjid Nurul Iman, Plaza Bogor. Pengajian tersebut dibuka dengan pembacaan Ayat Suci Al-Quran oleh Ahmad Nur Fauzi, pegawai PDPPJ dan sambutan juga di berikan oleh Direktur Umum PDPPJ, Deni Harumantaka.
Dalam sambutannya, Deni menyampaikan tentang kisah Nabi Musa (AlQuran surat Al-Baqarah ayat 186). Pada suatu masa, kaum Bani Israel mengalami kemarau panjang dan mereka semua berbondong bondong meminta Nabi Musa berdoa agar Allah menurunkan hujan. Setelah itu, Nabi Musa dan kaum Bani Israel pergi ke tengah padang pasir. Disana, Ia berdoa agar Allah mendatangkan hujan, namun setelah sekian lama, hujan tidak juga turun. Bahkan sinar matahari semakin panas. Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa, Allah memberitahukan bahwa ada salah satu diantara kaum Bani Israel yang menentang-Nya.
Orang itu telah berbuat maksiat selama 40 tahun. Oleh karena itulah Allah tidak mengabulkan doa Nabi Musa. Untuk itu, Allah meminta Nabi Musa berseru kepada kaum Bani Israel sehingga orang tersebut keluar dari kerumunan kaum Bani Israel. Setelah itu, Nabi Musa berseru agar orang yang telah berbuat maksiat selama 40 tahun itu keluar dari kerumunan. Ketika itu, pelaku maksiat itu merasa bahwa dirinyalah yang dimaksud. Bila ia keluar, keburukannya akan diketahui oleh orang lain. Namun, bila Ia tidak keluar, hujan tidak akan turun. Akhirnya, ia menutup kepalanya dengan jubah. Secara diam-diam, ia keluar dan memohon ampunan kepada Allah. Tidak lama kemudian, awan menghitam dan air tercurah dari langit.
Nabi Musa keheranan karena Allah menurunkan hujan, padahal tidak ada satu pun di antara kaum Bani Israel yang keluar dari kerumunan. Allah pun menjelaskan bahwa pelaku yang maksiat itu telah keluar. Nabi Musa meminta Allah memperlihatkan orang tersebut.
Kemudian Allah berfirman, “Pada saat dia berbuat maksiat pun, Aku tidak membuka keburukannya. Bagaimana mungkin Aku membuka keburukannya pada saat ia menaati-Ku?!”. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepada setiap hamba-Nya.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (Jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.
Sementara Tausyiah yang diberikan oleh Ustadz Didin Bahrudin adalah adanya empat muara atau akhir perjalanan manusia yang pasti akan ditempuh, baik akhir daripada dunia maupun akhirat.
Muara pertama yakni bahagia di dunia dan bahagia pula di akhirat. Ini yang setiap muslim inginkan, yang didamba-dambakan.
Muara kedua yakni bahagia di dunia tetapi sengsara di akhirat. Orang seperti ini biasanya orang-orang yang terlena akan gemerlapnya dunia, sehingga ia lupa akan akhiratnya. Padahal kebahagiaan dunia hanya setetes dari luasnya samudera yakni akhirat.
Muara ketiga yakni sengsara di dunia tapi berbahagia di akhirat. Orang-orang seperti ini biasanya orang yang senantiasa bersabar akan keadaan dunia, dan senantiasa beribadah kepada Allah SWT.
Muara terakhir sudah jelas, yakni sengsara di dunia, sengsara pula di akhirat. Orang-orang seperti ini adalah sebodoh-bodohnya manusia. Biasanya orang-orang seperti ini mengetahui apa arti kebahagiaan hanya saja ia tidak mau mengusahakannya.
Tausyiah selanjutnya, mengenai Nabi Sulaiman. Berangkat dari cerita Nabi Sulaiman ditawari oleh Allah untuk memilih antara ilmu, harta, dan tahta. Nabi Sulaiman dengan tegas memilih ilmu, dan pilihan tersebut terbukti adalah yang terbaik. Dengan pilihan itu juga, Nabi Sulaiman akhirnya mendapatkan harta dan tahta sebagai raja, bahkan wanita, atas kehendak dan sepersetujuan Allah. Nabi Sulaiman adalah raja yang sangat kaya dengan wilayah kekuasaan yang luas. Menerinta dengan adil dan bijaksana, sehingga Raja-raja negara lain pun menaruh hormat kepadanya. Nabi Sulaiman a.s. merupakan Nabiyullah yang tercatat dalam sejarah sebagai nabi yang cerdas, kaya raya, berkuasa dan shalih. Nabi Sulaiman lebih memilih ilmu daripada harta dan kerajaan. Ini adalah pilihan yang sangat tepat. Nabi Sulaiman paham betul bahwa ilmu itu tidak seperti harta dan kerajaan (tahta) Ilmu itu ringan dibawa ke mana-mana. Ilmu itu seperti biji yang tumbuh menjadi pohon yang kemudian menghasilkan buah yang segar dan bermanfaat. Ilmu itu cahaya yang menyingkirkan duri dan gelapnya jalan menuju tujuan sehingga kita akan tahu mana jalan yang benar dan mana jalan yang salah. Mana arah ke surga mana arah ke neraka. Mana jalan menuju kaya dan mana jalan menuju kemelaratan. Keputusan yang kita ambil, akan membawa dampak masing-masing... Berbekal ilmu yang luas, Nabi Sulaiman berhasil menguasai dunia bukan dikuasai dunia. Ia pun berhasil menjadi raja yang cerdas nan kaya raya. Pada akhirnya ilmu, harta, tahta dan wanita, semua sudah dicapainya. Dan, memang begitulah fakta dan realitas bahwa orang berilmu derajatnya lebih tinggi daripada yang tidak berilmu.
Dari beberapa manfaat yang perlu diambil dari cerita nabi sulaiman itu menunjukkan bahwa ilmu adalah diatas segala-galanya. Yang namanya derajat adalah tingkatan maka manusia itu tergantung pada keilmuannya tingkatan-tingkatan tersebut menunjukkan derajat manusia Dan yang perlu diperhatikan ilmu yang dapat meninggikan derajat itu adalah ilmu yang bermanfaat bagi keseluruhan jika orang itu ahli dalam ilmu umum maka didunia akan ditinggikan derajatnya didunia dan apabila agama maka akan ditinggikan derajatnya disisi allah SWT.
(gft)
Author: Admin
Bagikan